Selamat Datang
Google Reader MP3 Player
Rabu, 24 November 2010
Untukmu (dihatiku)
Kau hanya berkedip, aku terpesona
Saat kau bicara aku tak kuasa
Mendengar suaramu
Semua yang kau lakukan is magic
Semua yang kau berikan is magic
Semua yang kau lakukan is magic
Semua yang kau berikan is magic
Bagiku kau yang terindah
Maha karya Tuhan menciptakanmu
Begitu indahnya makhluk sepertimu
Saat kau bicara aku tak kuasa
Mendengar suaramu
Semua yang kau lakukan is magic
Semua yang kau berikan is magic
Semua yang kau lakukan is magic
Semua yang kau berikan is magic
Bagiku kau yang terindah
Semua yang kau lakukan is magic, is magic
Semua yang kau lakukan is magic
Semua yang kau berikan is magic
Semua yang kau lakukan is magic
Semua yang kau berikan is magic
Is magic aha aha aha is magic
Senin, 30 Agustus 2010
Kamu,Orang Indonesia?? apa sih Oi itu??
- Syarat Mendirikan Oi:
Minimal terdiri dari 10 orang lengkap dengan kepengurusannya (Ketua, Wakil, Sekretaris, Bendahara, Humas & Ketua Bidang Departemen)
Minimal mempunyai satu kegiatan yang aktif (Seni, Budaya, Olaraga, Pendidikan, Pustaka, Niaga dan Rohani)
Mendaftarkan diri ke Pengurus Kota Oi (BPK Oi) di kotanya masing-masing
Menyerahkan alamat lengkap/sekretariat & data-data kelengkapan lainnya kepada BPK Oi.
Membuat Kartu Tanda Anggota (KTA) melalui BPK Oi.
Jika belum ada BPK Oi maka harus diadakan konsolidasi antar Oi kelompok guna membentuk BPK Oi kemudian didaftarkan ke Badan Pengurus Pusat Oi dan akan disahkan melalui Surat Keputusan.
- Syarat Menjadi Anggota Oi
Sanggup menjaga nama baik Oi.
Mengisi Formulir pendaftaran
Menyerahkan pas foto (4 lembar)
Membayar uang pendaftaran
Bersedia aktif dalam organisasi dan menjaga nama baik serta kode etik organisasi.
Makna Lambang "OI"
Bentuk huruf " O " berwarna putih miring ke kanan menyatu dengan bentuk menyerupai huruf " i " (kecil) tegak berwarna hitam melambangkan kesucian yang dilandasi keteguhan dan ketegasan sikap.
"Titik" bulat di atas huruf " i " (kecil) berwarna merah darah melambangkan semangat yang membara untuk bersatu.
Galang Rambu Anarki "Anakku"
Lagu "BONGKAR" Di bajak orang india
Lagu itu diaransemen ulang dan dinyanyikan oleh musisi India dengan bahasa mereka. Dan judul lagu itu berubah menjadi ‘Oya Oya’ yang merupakan soundtrack film India “Horn Ok Pleassss”.
Seperti ditulis www.iwanfalsmania.blogspot.com, penggunaan aransemen lagu “Bongkar” oleh musisi India tanpa persetujuan dari pengarang lagu ini yaitu Iwan Fals dan kelompok Swami. Juga tidak ada izin dari label yang memayungi album Iwan dan Swami, yaitu Airo Records.
Ini berarti, lagu “Bongkar” telah dijiplak musisi India. Intro dan reffrain lagu versi India ini benar-benar mirip dengan versi Iwan Fals. Perbedaan hanya terdapat pada bagian kecil dan tentu saja bahasa yang digunakan.
“Kita jadi kembali ingat tentang kasus lagu ‘Tak Bisakah’ milik band Peterpan yang menjelma menjadi ‘Kya Mujhe Pyar Hai’. Lagu Peterpan itu dijiplak habis oleh musisi India dan menjadi lagu yang populer serta menduduki puncak tangga lagu cukup lama di India. Namun menurut kabar berita, pihak Musica Studio (label album Peterpan) telah menyelesaikan kasus penjiplakan ini dengan kekeluargaan,” tulis http://www.iwanfalsmania.blogspot.com/.
Menariknya lagi, orang yang menyanyikan “Oya Oya” dan “Kya Mujhe Pyar Hai” adalah penyanyi yang sama. Dia adalah penyanyi India bernama Kay Kay.
Dikhawatirkan, musisi India sedang melakukan ‘balas dendam’ sebab lagu-lagu mereka juga sering menjadi objek plagiarisme oleh musisi Indonesia terutama lagu-lagu dangdut. Bagi Anda yang ingin melihat sejauhmana penjiplakan itu persianya bisa dilihat dan didengarkan pada YouTube atau klik dari www.iwanfalsmania.blogspot.com
Sabtu, 28 Agustus 2010
REINKARNASI JIWA
Myrna Ratna dan Frans Sartono
Dengan bersandal jepit Iwan mengajak kami berkeliling halaman rumahnya yang asri. Halaman yang diidamkan akan menjadi hutan kecil dalam beberapa tahun mendatang. Materinya sudah tersedia: lahan yang sangat luas, pohon-pohon rindang yang sudah berbuah, bentangan gunung yang menjadi ”background”, dan pemilik rumah yang cinta tanaman.
”Nih mangga gedong gincu. Aku pernah baca katanya sih buah ini makanan favorit di Gedung Putih. Enggak tau deh bener atau enggak,” kata Iwan sambil terkekeh.
Di sekeliling pohon mangga yang rimbun itu ada juga pohon manggis, rambutan, duku, kecapi, pepaya, pisang, dan masih banyak lagi. Rimbunan pohon ini ”dibelah” oleh jalan setapak, yang katanya sering dijadikan jogging track oleh Iwan.
Dari semua pohon buah yang ada, Iwan mengaku paling suka menyantap pepaya. ”Biar berkicaunya tambah mantap ha-ha-ha,” kata Iwan berseloroh.
Selain pohon-pohon buah, sebagian tanah juga ditanami sayur-sayuran, seperti bayam, cabai, mentimun, selada. Paling tidak, kebutuhan sayuran sehari-hari keluarga ini sebagian terpenuhi dari halaman rumah.
Di salah satu sudut yang agak terbuka, kami sejenak menghentikan langkah ketika melewati tiga buah makam. ”Ini makam anak saya, Galang. Yang itu makam adik, satunya lagi makam yang punya tanah dulu,” katanya.
Tak jauh di seberang makam, terletak beranda yang dilengkapi seperangkat kursi dan meja. Di situ pula kami berbincang dengan Iwan yang memiliki nama lengkap Virgiawan Listanto itu. ”Itu tempat favorit saya. Saya paling suka duduk di situ,” katanya.
Iwan kemudian mengenalkan kami pada Mang Jaja, yang disebutnya sebagai ”menteri pertanian”. Selain memilih bibit, menanam dan merawat kebun, Mang Jaja juga bertanggung jawab mengolah sampah untuk dijadikan pupuk. ”Ini tungku untuk pembakaran sampah. Sampah kami pilah-pilah, ada juga yang dijadikan pupuk,” kata Iwan sambil menunjuk tempat pengolahan sampah yang berdinding tembok.
Ruang publik
Sebagian besar ruang di kediaman rumah Iwan ditujukan bagi kepentingan publik. Ketika memasuki pintu gerbang rumahnya, misalnya, terdapat bangunan yang digunakan untuk perpustakaan umum, kantor untuk manajemen Tiga Rambu. Di dekatnya tersedia aula besar yang dindingnya dipenuhi cermin. Aula ini biasa digunakan untuk latihan Iwan bersama bandnya. Tetapi bisa juga bisa digunakan untuk latihan tari anak-anak yang tinggal di sekitar kediamannya.
Di sebelah bangunan itu kini dibangun sekolah musik, yang terdiri dari tiga kelas dan satu studio. ”Saya pengin mereka bisa belajar di luar kelas, seperti anak-anak yang belajar biola di Taman Suropati Jakarta,” katanya.
Memasuki rumah utama, yang pertama terlihat adalah ruang makan yang bersebelahan dengan studio musik. Studio ini khusus digunakan Iwan berlatih musik. Ruangan ini dilengkapi seperangkat alat band dan beberapa instrumen musik petik. Ruangan ini juga dilengkapi sejumlah lukisan karyanya.
”Saya masih pengin ngelukis, tetapi enggak ada waktunya. Dulunya dinding ini dipenuhi sama lukisan saya semua, tetapi terus ditutup untuk lapisan kedap suara,” kata Iwan yang sewaktu kuliah di IKJ mempelajari seni musik.
Ia kemudian mengajak kami ke beranda depan yang berada di lantai dua. Beranda itu menghadap ke lapangan rumput yang luas, dan di kejauhan, di balik lapisan awan, menyembul puncak gunung. Sementara di pinggir lapangan hijau berderet sejumlah pohon langka, seperti sukun, jamblang putih, dan matoa.
”Lapangan ini dipakai kalau kita bikin konser atau acara, seperti waktu peluncuran albumku yang terakhir. Kalau pas tujuh belasan lapangan ini bisa dipakai untuk pertandingan badminton, bisa jadi tiga lapangan,” katanya.
Para tamu ataupun musisi yang terlibat dalam acara-acara yang diselenggarakan di kediaman Iwan biasanya menginap di situ. ”Ada beberapa kamar tamu dan kamar mandinya sekalian,” lanjutnya.
Ladang jagung dan hari tua
Menyeberangi halaman yang luas, terhampar ladang jagung dan sebuah saung untuk bersantai. Apa mimpinya setelah mencapai usia 50 tahun? ”Aku menjalani saja, dari detik ke detik, dari waktu ke waktu, gimana caranya bermakna.”
Dengan semua kesuksesan, popularitas, dan dukungan yang diperoleh Iwan, sebetulnya tak salah kalau dia merasa sudah ”cukup”. Tetapi, kata pensiun tak ada di dalam kamusnya.
”Pensiun mau ngapain? Di musik enggak ada pensiun, beda sama olahraga. Di musik semakin tua semakin bagus, karena ini urusan perasaan. Lihat saja Mick Jagger, Titik Puspa, pemusik tradisi yang makin tua makin utuh, touch-nya makin oke. Saat ini Yos (istrinya sekaligus manajernya) sedang merancang perjalanan untuk aku,” kata ayah dari Galang Rambu Anarki (1982-1997), Anissa Cikal Rambu Basae (25), dan Rayya Rambu Robbani (7) itu.
Yang mungkin membuatnya merasa ”berumur” adalah ketika melihat anak-anaknya bertumbuh dengan cepat. ”Anak saya yang tertua (Anissa) sudah 25 tahun, dia sudah punya target. Tetapi ya yang namanya ayah, kalau dia pulang malam masih suka deg-degan. Tetapi mau nanya-nanya malu sendiri, kan bukan anak kecil lagi. Apalagi dia sudah bantu ibunya jadi manajer,” kata Iwan.
Iwan mengakui, kedekatan keluarganya justru dibumbui dengan ”berantem” di antara mereka. ”Paling sering sama anak perempuan saya, misalnya beda pendapat soal artistik panggung, dan lain-lain. Nah, kalau berantem bisa enggak ngomong tuh, bisa tiga hari ha-ha-ha. Ntar baikan lagi. Kadang saya yang ngalah, kadang dia yang ngalah, kadang ibunya yang nengahin, kadang kita bertiga enggak mau ditengahin, terus adiknya yang paling kecil yang nengahin, pokoknya serulah,” kata Iwan dengan terbahak.
Iwan fals terinspirasi oleh Bung Karno
Setelah membuat lagu tentang Bung Hatta, 20 tahun lalu, Iwan Fals membuat lagu yang terinspirasi oleh Bung Karno. Menurutnya, lagu ini tercipta dari hasil dialog dengan mendiang Bung Karno.
“Judulnya Negeri Kaya. Itu lagu saya paling baru sekali, jadi belum ada di rekaman. Lagu itu hasil akhir dari perjalanan dan perenungan saya ke beberapa kota kemarin,” ungkapnya saat ditemui dalam acara Konser Ngabuburit League di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (18/8/2010).
Pentolan grup Kantata ini mengatakan, salah satu perjalanan spiritualnya adalah berziarah ke makam Bung Karno di Blitar. Di depan makam proklamator Indonesia itu, Iwan mengadu dan berkeluh kesah tentang kondisi bangsa saat ini.
“Saya ziarah ke makam Bung Karno. Di situ saya minta maaf karena saya cengeng dan ganggu istirahat dia. Saya cerita melihat banyak kenyataan yang ada di jalanan. Ini negeri kaya, tapi kok banyak rakyat yang tidak sejahtera. Ya semacam dialog saja saya dengan beliau,” jelasnya.
Sosok Bung Karno di mata Iwan Fals memang begitu penting. Selain tokoh di balik kemerdekaan Indonesia, Bung Karno juga dianggap memiliki kecerdasan luar biasa.
“Kalau enggak ada Bung Karno, tidak akan ada kemerdekaan ini. Kalau saya baca buku-bukunya, dia sangat menggelegar dan cerdas. Pidatonya penuh semangat dan heroik,” puji Iwan.
Pelantun Surat Buat Wakil Rakyat ini pun berharap ajaran Bung Karno menjadi teladan dan inspirasi bagi pemimpin kita sekarang.
“Setiap pemimpin itu memang punya zaman yang beda. Masalah yang dihadapi tiap presiden juga berbeda-beda. Bung Karno tetap harus menjadi inspirasi bagi presiden kita saat ini,” pungkasnya